• put your amazing slogan here!

    PAMOR KERIS



    PAMOR
    1. SENI DAMAST

    MURBOCH SMITH dalam karangannya PERSIAN ART mengira bahwa seni membuat senjat dari besi dicampur nekel, yang dinamakan seni Damast, berasal dari negara Persia, terutama dari kota-kota Ispahan, Kasveen dan Shiraz. Setelah besi baja dan nekel ditempa menjadi satu, kemudian diproses dengan ZAG, suatu cairan Arsenik-dioksida dan zat asam. Besi dan baja karena proses kimia itu menjadi hitam, sedang nekelnya tetap putih, sehingga nampak sebagai garis putih beraneka bentuk pada mata pedang yang menyebabkan senjata itu nampak estetis lebih menarik dan bernilai.
    Senjata Damast yang kebanyakan berupa pedang itu, baru dikenal orang Eropa pada awal abad XVIII ketika barang-barang itu dihadiahkan oleh raja Persia kepada czar Rusia. Seni Damast tadi dari Persia melalui India diimpor ke Indonesia, maka di duga bahwa orang Indonesia bisa membuat keris berpamor, baru sesudah kedatangan orang Hindu.
    Akan tetapi ketika orang Hindu pada awal abad 1 mengadakan migrasi besar-besaran ke pulau Jawa, orang pribumi di pulau Jawa ternyata sudah mempunyai peradaban yang cukup tinggi, antara lain mereka sudah bisa membuat senjata dari bahan besi. Kalau dugaan ini betul, maka keris yang tidak berpamor yang dinamakan keris PENGAWAK WAJA itu umurnya lebih tua daripada keris yang berpamor. Juga belum dapat ditentukan bahwa nekel yang dipakai untuk senjat Damast tadi, asalnya dari PAMOR seperti halnya pada keris.
    2. PAMOR BAHAN PEMBUATAN KERIS.
    Bahan keris yang sangat penting ialah Pamor. Pamor adalah benda yang berasal dari angkasa, yang jatuh di bumi jagad ini. Benda semacam itu ada 3 jenis, yaitu:
    a. Meteorit yang mengandung besi dan nekel.
    b. Siderit yang mengandung hanya besi saja.
    c. Aerolit yang berupa batu, tetapi sangat keras, yang juga disebut Batu Pamor (Watu Pamor).
    Ketiga-tiganya bisa digunakan untuk bahan pembuatan keris. Hanya apabila sudah menjadi keris, bisa dibeda-bedakan karena warnanya berbeda-beda. Pamor Meteorit pada bilah keris warnanya putih atau putih keabu-abuan. Pamor siderit pada bilah keris warnanya hitam, dinamakan Pamor Ireng atau Pamor Sanak. Pamor Aerolit pada bilah keris warnanya kuning keabu-abuan dan bercampur menjadi satu dengan besi, sehingga hampir tidak bisa dibeda-bedkan dengan besinya. Pamor ini juga disebut Pamor Jalada. J.E. Jasper & Mas Pringadie dalam buku “De Inlandsche Kunstnijverheid in Ned Indie”, 1930, mengatakan bahwa kebanyakan keris yang terdapat di Indonesia memakai pamor Luwu, yang kadar nekelnya sedikit sekali. Pamor ini asalnya dari Kabupaten Luwu daerah pegunungan Torongku dan Ussu di Sulawesi Utara Pamor ini sejak jaman baheula diperdagangkan oleh nelayan suku Bugis ke Philipina Selatan, Malaka, Sumatera, Kalimantan, jawa, Madura, Bali, Lombok dan seluruh pelosok Nusantara. Maka dari sebab itu pamor tadi juga dinamakan Pamor Bugis.
    3. PAMOR PRAMBANAN
    Adapun pamor yang kadar nekelnya agak banyak, ialah dinamakan Pamor Prambanan. Meteorit yang beratnya kurang lebih 40.000 kg ini pernah jatuh dari angkasa ke bumi jagad ini ketika tahun 1784 pada jaman Susuhunan Paku Buwana III bertahta di Surakarta, di Daerah Prambanan. Jatuhnya Meteorit yang luar biasa itu menimbulkan suatu kawah yang dalamnya kurang lebih 10 meter dan lebar 15 meter, dan menyebabkan kebakaran dan kerusakan pada desa-desa sekitarnya. Ketika meteorit tersebut diangkut ke Kraton Surakarta, disambut dengan upacara besar-besaran yang dipimpin oleh Adipati Jayaningrat. Apabila Kraton atau para pembesar hendak membuat keris atau tombak, diambilnya pamor itu sedikit. Akan tetapi setiap kali Raja membuat keris, para abdi dalem empu keris “Ngalap Berkah” mohon diberi pamor juga. Pamor tersebut sampai sekarang masih disimpan baik-baik di dalam Kraton Surakarta dan di beri nama Kyai Pamor. Sepotong kecil dari Pamor tersebut pernah dikirim oleh Residen Yogyakarta J.R. Couperus ke Laboratorium di Bogor untuk diselidiki secara ilmiah dan analisanya menunjukkan bahwa Pamor Prambanan itu mengandung 94, 50% besi murni, 5,00% nekel dan 0,50% zat Fosfor. Ketika tanggal 30 Mei 1982 tamu agung dari Negeri Belanda Putri Yuliana dan Pangeran Bernhard berkunjung di Kraton Surakarta, mereka juga meminjam pamor Prambanan tersebut dan diberi penjelasan seperlunya. Pamor Prambanan itu mulai digunakan untuk pembuatan keris dan tombak baru pada jaman Susuhunan Paku Buwana IV. Paku Buwana III belum sempat menggunakan Pamor Prambanan tadi karena pada tahun 1788 sudah tutup usia. Maka keris atau tombak yang bilahnya Paku Buwana IV sampai Paku Buwana X. Sesudah itu tidak dibuat keris lagi. Maka apabila ada orang mengatakan bahwa ada keris Majapahit/Mataram memakai pamor Prambanan pada bilahnya, hal itu kurang betul adanya. Pamor Prambanan pada bilah keris warnanya putih bersih dan terasa kasap bila diraba.
    4. UDAWADANA
    Yang dinamakan Udawadana ialah keadaan, menetapnya, terbentuknya dan sifatnya pamor pada bilah keris. Pamor keris apabila sudah menetap pada bilah keris, dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu:
    a. Pamor Jwalana ialah pamor yang terjadi terbentuk dengan sendirinya karena suhu panas api ketika ditempa. Jadi secara alamiah, seperti antara lain: Pamor Jalada, Pamor Hurab-hurab, Pamor Ngulit Semangka, Pamor Mega Mendhung, dan lain-lain.
    b. Pamor Anukarta ialah pamor yang sengaja dibuat, dibentuk dan diatur oleh Sang Empu yang membuat keris, seperti antara lain: Pamor Ron Kendhuru, Pamor Blarak Ngirit, Pamor Sekar Lampes, Pamor Kenanga Ginubah, Pamor Wiji Timun, Pamor Udan Mas, Pamor Beras Wutah, Pamor Untu Walang, dan lain-lain.
    Pamor apabila sudah menetap pada bilah keris, bisa mempunyai sifat
    netep-nandhes-ngambang-ngawat-ngrambut-mlumah,
    -miring-nungkak-mubyar-kelem-keras-sap-sapan.
    Pamor titipan ialah pamor yang warnanya sangat putih, bersih seperti perak, lebih putih dan lebih bersih daripada pamor sekitarnya, pamor ini tergolong pamor yang berkualitas tinggi dan langka adanya. Keris yang pda bilahnya terdapat pamor titipan, tergolong keris kualitas tinggi. Pamor titipan ini tidak bisa dibuat oleh sang empu dengan sengaja. Nampaknya Pamor titipan pada bilah keris secara alamiah, secara gaib. Jadi empu keris tidak bisa membuat pamor titipan. Penampilan pamor titipan pada bilah keris bisa menambah sifat keris menjadi wingit, singer, angker, berwibawa dan menambah “guwaya” pada keris. Bilah keris kelihatan lebih bercahaya, lebih berseri-seri dan lebih menarik. Kecuali menambah “guwaya”, pamor titipan pun juga menambah kekuatan gaib (magic power) pada keris. Maka makin banyak pamor titipan pada bilah keris, akan makin baik. Yang dinamakan Pamor titipan Munggul ialah pamor yang bentuknya membisul seperti jerawat sebesar kepala jarum, warnanya putih bersih dan juga sangat langka adanya. Pamor ini juga tergolong pamor yang berkualitas tinggi. Dari jumlah seribu keris, belum tentu terdapat satu keris yang memakai pamor munggul. Menurut kepercayaan orang. Pamor Munggul ini bisa menambah keris lebih ampuh dan berwibawa, maka sangat banyak dicari orang. Pamor Munggul ini juga tidak dibuat degnan sengaja oleh sang empu. Nampaknya pamor munggul pada bilah keris juga secara gaib.Yang dinamakan Pamor Jenar (=kuning), ialah pamor yang warnanya kuning keemas-emasan, juga sangat langka adanya. Pamor ini menetapnya pada bilah keris seperti binti-bintik diujung keris atau di Sor-soran yaitu bagian bilah di bawah Ganja. Pamor Jenar asalnya dari meteorit yang mengandung cupronekel, pamor jenar bukanlah Wesi Kuning seperti orang mengira. Yang dinamakan Wesi Kuning adalah campuran 7 logam, yaitu: besi-emas-perak-tembaga-nekel-perunggu dan timah. Sekarang kiranya sudah tidak ada empu lagi yang bisa membuat Wesi Kuning. Cara dan mantranya untuk membuatnya sudah dibawa masuk ke liang kubur oleh sang empu. Kalau ada keris yang memakai Wesi Kuning, biasanya sebagai tumbal untuk menangkis bahaya. Wesi Kuning pada bilah keris kebanyakan berupa bintik-bintik kecil sebesar kepala jarum atau potongan rambut, diselipkan pada ujung keris atau pada Sor-soran. Pada cerita Damarwulan dituturkan, bahwa Menakjingga, raja Blambangan mempunyai pusaka pedang yang dibuat dari bahan Wesi Kuning. Kiranya tidaklah mungkin bahwa pedang tadi seluruhnya dibuat dari Wesi Kuning, melainkan merupakan pedang biasa dari besi yang diselipkan Wesi Kuning sedikit. Menurut kepercayaan orang, Wesi Kuning mempunyai khasiat bisa menyebabkan kekebalan terhaap segala jenis senjata. Konon seorang Insinyur bangsa Jerman pernah mencoba membuat Wesi Kuning secara ilmiah, akan tetapi tanpa hasil karena ketujuh logam tadi tidak bisa bercampur, dan berkumpul menjadi satu benda. Wesi Kuning yang asli warnanya tidak seperti emas, tidak seperti kuningan dan berbau harum.
    5. PAMOR WIRASAT DAN KHASIATNYA
    Pamor Wirasat ialah pamor yang mempunyai bentuk dan nama beraneka macam dan juga berkhasiat, seperti antara lain: Pamor Kulbuntet yang berkhasiat apabila tertimpa bahaya yang sekonyong-konyong/mendadak bisa menangkis peluru. Pamor ini biasanya terdapat pada Sor-soran di bawah Ganja. Kebanyakan pamor Kulbuntet ini juga terdapat pada Luwuk, yaitu senjat pedang asal dari Sulawesi. Dikatakan orang bahwa senjat Luwuk itu kecuali bisa emnangkis peluru, juga sangat ampuh. Pamor Batulapak mempunyai khasiat dalam keadaan bahaya si pemakai bisa tidak terlihat oleh orang lain (invisible). Pamor Udan Mas mempunyai khasiat bisa mendatangkan kekayaan, terutama apabila didampingi uang kepingan emas. Pamor Putri Kinurung bertempat di Gandhik. Kalau bolak balik lebih baik. Khasiatnya dalam peperangan si pemakai dapat terhindar dari bahaya. Pamor Ujung Gunung bertempat di Bongkot, di bawah Ganja, kalau bolak-balik juga lebih baik. Khasiatnya bisa mengangkis bahaya. Pamor Tumpuk bertempat di Bongkot. Adapun khasiatnya adalah sangat baik untuk berdagang, bisa mendatangkan untung. Pamor Panguripan berkhasiat untuk berdagang, bisa mendatangkan untung. Pamor Andon Lulut berkhasiat si pemakai kuat dalam bersanggama dan bisa beristeri banyak. Pamor Sang Hyang Lumuriku berkhasiat untuk berdagang, bisa mendatangkan untung. Pamor Wirasat, yagn tercatat jumlahnya semua ada 96 jenis.
    Di samping pamor ayng berkhasiat baik, tentu juga ada bentuk pamor yang mempunyai pengaruh tidak baik bahkan bisa berbahaya, seperti antara lain:
    Pamor Buntel Mayit berkhasiat (mempunyai watak) selalu hendak membunuh orang.
    Pamor Kudhung Mayit berwatak hendak membunuh si pemakai sendiri (senjata makan tuah).
    Pamor Pegat Waja mempunyai watak si pemakai selalu dalam kesukaran, selalau cekcok dalam keluarga.
    Pamor Nyahak berwatak suka membuat perkara, keadaan rumah tangga selalu heboh, tidak tenteram, tidak rukun dengan tetangga.
    Pamor Pedhot mempunyai watak si pemakai selalu gagal dalam cita-citanya.
    Adapun pamor yang berwatak buruk itu tidak sengaja dibuat oleh sang empu, melainkan merupakan suatu kegagalan, suatu mis-product, dan sebab sang empu ketika sedang menggarap keris, ia kurang konsentrasi, kurang sawiji. Maklumlah karena empu keris itu juga orang biasa, yang bisa lupa, bisa lengah. Situasi dan kondisi sang empu ketika membuat keris bisa mempunyai pengaruh psikis terhadap keris yang sedang dibuatnya. Maka seorang empu keris yang sedang menggarap pusaka, harus dalam keadaan suka – rena – lega – lila – sabar – sareh. Apabila ia sedang dalam keadaan miring (=marah) atau “sungkawa” (= sedih) sebaiknya jangan menggarap keris harus ditunda dulu. Sebaiknya keris yang memakai pamor buruk itu disimpan di museum atau di “labuh” dibuang ke sungai atau laut, jangan dipakai oleh orang.
    6. ESOTERI PAMOR KERIS
    Esoteri ialah segi yang rahasia, sedang lawannya adalah Eksoteri yaitu segi yang terang. Maka Esoteri Pamor Keris ialah segi yang rahasia dari pamor keris itu Pamor adalah benda gaib terjatuh dari angkasa ke jagad bumi ini. Dalam perjalanannya dari angkasa ke bumi bergeseran dengan Atsir (aether) yang menambah kuatnya gataran-getaran kosmis tadi. Seorang empu keris yang membuat pusaka, dianggap melaksanakan perkawinan antara Bapa Angkasa dan Ibu Pratala. Pamor yang asalnya dari angasa dicampur, dijadikan satu, dikawinkan dengan besi yang asalnya dari bumi. Maka dari itu, pembuatan keris dianggapnya suatu perbuatan mistik sakral, yang harus dikerjakan dengan segala ketekunan dan pengabdian. Sebelum sang empu mengawali pekerjaannya, ia bersuci lahir bathin terlebih dahulu dengan mandi keramas kemudian menjalankan “mutih”, yaitu selama beberapa hari hanya makan nasi putih tanpa lauk-pauk dan minum air putih atau “ngebleng”, yaitu selama beberapa hari tidak amkan tidak minum tidak tidur dan tidak berbicara dalam kamar tertutup. Selama menjalankan Tapabrata, sang empu tadi bersemadi dan bermeditasi mohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa untuk diberi kekuatan jasmaniah dan rohaniah, diberi petunjuk di dalam memilih besi, baja dan pamor yang baik, serta menentukan hari pasaran dan saat yang cocok dan harmonis. Secara tradisional pembuatan keris juga dilengkapi dengan sesaji bermacam-macam, seperti: Tumpeng Robyong – SEga Wuduk – Sega Punar – Sega Kabuli – Sega Golong – Jenang Abang – Jenang Baro-baro – Jajan Pasar – Gedhang Ayu – Suruh Ayu – Kembang Telon, Gula-klapa dan Menyan. Segala tindakan sang empu diawali dengan mengucap mantra-mantra, dengan maksud mengadakan komunikasi kosmis. Sang Empu yang sendang membuat keris, merasa bahwa ia bukanlah seorang seniman, melainkan hanya suatu alat dari tangan Tuhan Yang Mahakuasa utnuk membuat sesuatu yang bermanfaat. Maka nama si empu tidak pernah dicantumkan pada keris. Yang terpenting ialah hasil karyanya dan supra-natural, adalah berkat Allah SWT. Kebajikan yang Tuhan Mahakuasa limpahkan dan isikan kepada keris, setelah sang empu bersungguh-sungguh bersuci diri dan memohon kemurahan Allah SWT. Maka keris merupakan bersatunya yang gaib dengan yang fisik, manunggalnya yagn fisik dengan yang Meta-Fisik dan mengandung tanda-tanda kebesaran Tuhan Yang Mahakuasa.
    (Dikutip dari “Pamor Keris”., tulisan Mr. B.P.H. Sumodiningrat., Seri Penerbitan Proyek Javanologi No.9/th.ke 1., 1983)

    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    Blogger news

    About

    Blogroll